Singapura berisiko menghadapi wabah chikungunya, demikian pengumuman Badan Penyakit Menular Singapura atau Communicable Diseases Agency (CDA) pada Jumat (10/8/2025). Dilaporkan ada peningkatan kasus.
Profesor Ooi Eng Eong, Wakil Direktur Program Penyakit Menular Baru di Fakultas Kedokteran Duke-NUS, menyebut infeksi chikungunya di Singapura mengkhawatirkan.
"Meskipun chikungunya tidak mengancam jiwa seperti demam berdarah, penyakit ini bisa sangat melemahkan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyeri sendi yang disebabkan oleh chikungunya dapat berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Nyeri sendi kronis bisa membatasi aktivitas sehari-hari.
Dr Paul Tambyah, mantan presiden International Society for Infectious Diseases, mengatakan peningkatan kasus ini dapat mengindikasikan bahwa wabah yang sedang berlangsung di wilayah Samudra Hindia, khususnya di Sri Lanka, dan di China telah mencapai Singapura.
Keberadaan nyamuk Aedes, serta wisatawan yang terinfeksi virus, merupakan faktor risiko penyebaran penyakit ini, menurut CDA, seraya menambahkan pihaknya memantau situasi secara ketat.
Sebanyak 17 kasus chikungunya telah terdeteksi sejak awal tahun hingga 2 Agustus, menurut buletin penyakit menular mingguan badan tersebut. Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat, dibandingkan delapan kasus dalam periode yang sama tahun lalu, dan lebih tinggi dari total 15 kasus yang terdeteksi sepanjang 2024.
CDA menyatakan dari 16 kasus chikungunya yang dilaporkan hingga akhir Juli, 13 di antaranya baru-baru ini bepergian ke daerah terdampak di luar negeri.
"Tiga kasus lokal lainnya bersifat sporadis dan tidak terkait satu sama lain," tambahnya.
Meskipun terjadi peningkatan kasus, angkanya jauh lebih rendah dibandingkan ketika Singapura mengalami wabah chikungunya, terutama pada 2008 dan 2013.
Menurut Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (CDA), Singapura mencatat 718 kasus chikungunya pada 2008, jumlah tersebut menurun tajam pada 2009 dan bahkan lebih jauh lagi pada 2010.
Pada 2013, kasus kembali melonjak, mencapai 1.059 infeksi dibandingkan dengan 22 kasus tahun sebelumnya.
Empat puluh delapan kasus tersebut merupakan kasus impor, sementara sisanya merupakan infeksi lokal, menurut laporan Pengawasan Penyakit Menular untuk tahun tersebut.
Laporan tersebut mencatat wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menunjukkan kerentanan Singapura terhadap infeksi impor, terutama ketika vektor yang diperlukan untuk penularan terdapat di tingkat lokal.
CDA mengatakan pada hari Jumat, mereka akan meninjau kebutuhan langkah-langkah kesehatan masyarakat tambahan jika muncul informasi baru terkait peningkatan risiko kesehatan masyarakat bagi Singapura.
Badan Lingkungan Hidup Singapura atau National Environment Agency (NEA)pada Jumat malam memastikan upaya pengendalian vektor ketika menerima pemberitahuan dari CDA tentang kasus chikungunya.
Ini termasuk inspeksi tempat perkembangbiakan nyamuk dan habitat potensial perkembangbiakan di dekat tempat tinggal dan tempat kerja kasus yang dilaporkan, katanya menanggapi pertanyaan CNA.
Saat ini terdapat sekitar 72.000 Gravitrap yang dikerahkan di seluruh kompleks perumahan Singapura, yang digunakan untuk memantau populasi nyamuk Aedes, kata NEA. Badan tersebut menambahkan upaya pengendalian nyamuk yang sedang berlangsung bersama mitra komunitas akan ditingkatkan di tempat-tempat yang dilaporkan terdapat klaster.
Virus chikungunya menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi.
Mereka yang terinfeksi mungkin menunjukkan gejala yang mirip dengan demam berdarah, seperti:
- demam akut
- nyeri sendi
- ruam
- sakit kepala.
Peningkatan kasus di Singapura tidak mengejutkan, mengingat posisi negara tersebut sebagai pusat perjalanan dan perdagangan global selama berabad-abad.
"Hal positifnya adalah kasus-kasus tersebut didiagnosis di Singapura. Ini berarti dokter umum waspada terhadap apa yang terjadi dan memberitahu pihak berwenang," kata Dr Tambiyah.
Hal ini akan memungkinkan NEA untuk mengambil tindakan pengendalian nyamuk, yang merupakan cara paling efektif untuk menahan penyebaran virus.
Simak Video "Video: Puluhan Warga Tasikmalaya Terjangkit Penyakit Misterius"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)