Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang ditularkan ke manusia dari nyamuk yang terinfeksi. Dikutip dari CDC, penyakit ini menyebabkan demam dan nyeri sendi parah yang seringkali melemahkan dan bisa berlangsung lama.
Virus chikungunya pertama kali diidentifikasi di Afrika pada awal 1950-an. Kebanyakan orang sembuh dalam waktu seminggu, tapi beberapa orang bisa mengalami nyeri sendi parah selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah sakit akut. Kini, kasus Chikungunya berkembang di beberapa negara seperti China dan Singapura.
Chikungunya di China Tembus 8.000 Kasus
Hingga kini, China mencatat ada sebanyak 8.000 kasus Chikungunya. Wabah chikungunya yang dimulai sekitar sebulan lalu di Foshan, kota yang berjarak 260 km dari Zhanjiang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman New York Times, pihak berwenang di Foshan memberlakukan langkah-langkah yang mirip dengan kebijakan nol COVID yang diterapkan pemerintah China. Pasien chikungunya harus tetap dirawat di rumah sakit dengan tempat tidur yang ditutupi kelambu. Mereka hanya bisa dipulangkan setelah hasil tes negatif atau setelah menyelesaikan masa inap selama satu minggu.
Mereka juga mengerahkan drone untuk mengidentifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk. Dilaporkan adanya "nyamuk gajah" yang larvanya memangsa spesies pembawa virus.
Amerika Serikat bahkan mengeluarkan peringatan bagi warganya yang akan bepergian ke China. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menetapkan peringatan perjalanan level 2, mengimbau masyarakat untuk "melakukan tindakan pencegahan ekstra."
Dalam upaya pengendalian virus Chikungunya ini di China, terdapat video viral yang menunjukkan tindakan otoritas yang sangat invasif. Dikutip dari Guardian, seorang ibu di Zhanjiang Guangdong membagikan sebuah video terkait insiden yang dialami anak-anaknya.
Video tersebut memperlihatkan sekelompok orang, termasuk petugas polisi berseragam memasuki kamar-kamar anaknya di tengah malam untuk mengambil sampel darah dari putra dan putrinya. Tindakan itu dilakukan tanpa kehadiran dan persetujuan sang ibu yang saat itu tengah bekerja shift malam.
Menurut media China, keluarga tersebut menjadi target setelah sebuah apotek setempat melaporkan anak laki-lakinya ke otoritas kesehatan karena mengalami demam.
Terjadi Juga Peningkatan di Singapura
Kasus Chikungunya juga dilaporkan di Singapura bahkan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Badan Penyakit Menular Singapura mencatat ada 17 kasus demam chikungunya sejak awal tahun hingga 2 Agustus.
"Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibanding delapan kasus pada periode yang sama tahun 2024. Total kasus sepanjang 2024 tercatat sebanyak 15," tulis laporan tersebut dikutip dari CNA.
Pada awalnya, ada dua kasus pada bulan Februari dan secara bertahap meningkat sekitar dua kasus per bulan, hingga ada sembilan pada akhir mei. Namun, jumlahnya melonjak menjadi 13 kasus pada bulan Juni dan bertambah lagi menjadi 16 pada bulan Juli.
Pusat Nasional untuk Penyakit Menular Singapura mencatat sebanyak 718 kasus chikungunya pada tahun 2008, dengan jumlah yang turun tajam pada tahun 2009 dan bahkan lebih jauh lagi pada tahun 2010. Pada tahun 2013, kasus melonjak sekali lagi, naik menjadi 1.059 infeksi dibandingkan dengan 22 pada tahun sebelumnya.
(elk/kna)