Ginjal Bisa 'Menyusut'? Ini 5 Hal yang Terjadi saat Tubuh Kekurangan Cairan

13 hours ago 3
Jakarta -

Ginjal merupakan organ vital yang bekerja tanpa henti untuk menyaring limbah, menjaga keseimbangan cairan, dan mengatur kadar elektrolit dalam tubuh. Setiap hari, ginjal memproses sekitar lebih dari 180 liter darah dan menghasilkan urine untuk membuang zat sisa metabolisme. Namun, semua fungsi ini sangat bergantung pada satu hal sederhana, yakni ketersediaan cairan yang cukup.

Sayangnya, banyak orang sering mengabaikan hidrasi, terutama saat cuaca dingin atau sibuk bekerja. Pertanyaannya, apa yang terjadi pada ginjal ketika tubuh kekurangan air? Apakah benar ginjal bisa menyusut?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benarkah Ginjal Menyusut?

Dikutip dari Times of India, secara fisik, ginjal tidak langsung mengecil hanya karena seseorang kurang minum air selama satu atau dua hari. Namun, dehidrasi kronis atau berulang dapat menurunkan fungsi ginjal dan dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan permanen. Jika kerusakan sudah parah, jaringan ginjal dapat mengecil, inilah yang sering dimaksud dengan 'ginjal menyusut' dalam konteks medis.

Berikut tahapannya:

Hari pertama, ketika tubuh kekurangan cairan, ginjal mulai bekerja ekstra hemat. Mereka menahan air sebanyak mungkin, membuat urine menjadi lebih pekat dan berwarna gelap.

Jika kekurangan air terus berlanjut, bahkan dalam hitungan minggu, aliran darah ke ginjal berkurang. Proses penyaringan limbah menjadi lambat. Zat-zat sisa seperti urea dan kreatinin yang biasanya dibuang lewat urine, mulai tertahan dalam tubuh.
Lama-lama, ini bisa memicu gagal ginjal akut.

Bila kebiasaan berlanjut dalam satu hingga beberapa bulan, mulai ada kristal-kristal kecil di saluran kemih. Kristal ini saling menempel, membentuk batu ginjal.
Nyeri yang ditimbulkannya masuk dalam kategori rasa sakit paling hebat yang bisa dialami manusia.

Jika dehidrasi menjadi kebiasaan, jaringan ginjal bisa terluka permanen. Infeksi saluran kemih berulang atau peradangan pada ginjal (pielonefritis) dapat merusak nefron, unit penyaring ginjal.

Pada titik ini, risiko penyakit ginjal kronis meningkat, dan satu-satunya jalan mungkin adalah dialisis atau transplantasi.

Tanda-tanda tubuh kekurangan cairan:

  • Urine berwarna kuning pekat atau oranye.
  • Jarang buang air kecil.
  • Mulut dan bibir kering.
  • Pusing atau lemas.
  • Kulit kehilangan elastisitas.
  • Pada kasus berat, terjadi kebingungan, denyut jantung cepat, dan tekanan darah rendah.

Berapa Banyak Air yang Ideal?

Kebutuhan cairan bervariasi tergantung usia, berat badan, aktivitas, cuaca, dan kondisi kesehatan.

Rata-rata rekomendasi harian menurut National Academies of Sciences (USA):

  • Pria dewasa: 3 sampai 3,7 liter cairan/hari.
  • Wanita dewasa: 2,2 sampai 2,7 liter cairan/hari.

Catatan:

Cairan tidak harus seluruhnya dari air putih, makanan tinggi air seperti buah dan sayur juga berkontribusi.

Minum secara bertahap sepanjang hari lebih baik daripada sekaligus dalam jumlah besar. Hindari overhidrasi karena dapat membebani ginjal.

Minum sebelum merasa haus, rasa haus adalah tanda awal tubuh sudah mulai kekurangan cairan. Perhatikan warna urine, kuning pucat menandakan hidrasi baik.

Bawa botol air saat bepergian atau bekerja. Konsumsi buah tinggi air seperti semangka, jeruk, timun, dan melon.

Sesuaikan asupan cairan saat cuaca panas, sedang sakit, atau berolahraga.

Simak Video "Video: Meski di Ruang Ber-AC, Tubuh Tetap Mengeluarkan Cairan Lho"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)


Read Entire Article