Kala Gadis Palestina Bicara Perdamaian di Forum Kebudayaan Internasional di Bali

7 hours ago 2
Jana Abusalha di konferensi budaya CHANDI 2025 di The Meru Sanur, Kota Denpasar, Bali, Rabu (3/9/2025). Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Jana Abusalha, gadis berkebangsaan Palestina, berbicara tentang perdamaian dalam konferensi budaya internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 di The Meru Sanur, Kota Denpasar, Bali, Rabu (3/9).

Menurut perempuan berusia 19 tahun ini, perdamaian sebenarnya dapat diwujudkan melalui kekuatan budaya. Budaya membentuk kekuatan suatu bangsa. Jana memberi contoh film dan musik Korea atau K-pop dikenal di seluruh dunia, yang turut membentuk kekuatan negaranya.

"Bahwa perdamaian tidak hanya dibangun melalui politik atau kesepakatan tetapi juga melalui kekuatan budaya. Budaya adalah bahasa yang menyatukan kita, melampaui batas, diekspresikan melalui seni, tradisi, musik, makanan, dan cara kita berbagi tentang kemanusiaan," katanya.

Jana menilai invasi militer ke Palestina saat ini bagian dari pemberangusan budaya. Namun, penduduk Palestina tetap melestarikan dan menggaungkan eksistensi kebudayaan. Setiap lagu, tarian, festival, adalah bentuk perlawanan. Bahkan, identitas negara yang dituangkan dalam bentuk syal bermotif kotak hitam-putih menjadi simbol solidaritas terhadap Palestina.

"Dalam presentasi ini, saya menambahkan banyak budaya walaupun negara saya sedang perang, budaya saya sendiri sekarang sedang berada dalam pemberantasan, bagaimana kita bisa mengatasinya?" ujarnya.

"Meskipun semua perang ini sedang terjadi, saya akan tetap melanjutkan dan menyampaikan budaya lebih dari sekadar tradisi. Itu adalah detak jantung ketahanan, bahasa, identitas, kekuatan dan benang merah yang menghubungkan berbagai generasi," katanya disambut riuh tepuk tangan penonton.

Konferensi budaya CHANDI 2025 di The Meru Sanur, Kota Denpasar, Bali, Rabu (3/9/2025). Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Jana berharap seluruh peserta forum memberikan lebih banyak kesempatan kepada anak terlibat pada isu politik dan kebudayaan serta memperbanyak akses pertukaran budaya antar-negara demi hidup dalam kebijakan dan perdamaian.

Jana mengutip penyair Palestina Mahmoud Darwish tentang hidup dan harapan, menutup pidatonya.

"Penyair Palestina Mahmoud Darwish berkata, 'Melalui budaya kita hidup dan dengan kata-kata kita membangun tembok harapan'," katanya.

Ditemui terpisah, Jana mengaku situasi Palestina masih mencekam, warga bak terpenjara tidak bisa keluar dari rumah.

"Sangat menghancurkan hati, membuatku patah hati melihat bangsaku menderita seperti ini. Bahkan ketika aku pulang, rasanya tidak ada apa-apa di sana. Kami masih bisa makan, masih bisa bertemu keluarga, tapi roh dan semangat orang-orang sudah hilang," katanya.

Jana tinggal di Indonesia sekitar tiga tahun belakangan ini. Dia kuliah di Universitas Pertahanan Indonesia dengan biaya beasiswa dari Presiden Indonesia Prabowo Subianto.

#JagaIndonesiaLewatFakta kumparan mengajak masyarakat lebih kritis, berperan aktif, bijak, dan berpegang pada fakta dalam menghadapi isu bangsa, dari politik, ekonomi, hingga budaya. Dengan fakta, kita jaga Indonesia bersama.

Read Entire Article