Terungkap Lewat Riset, Peneliti Ungkap Ciri-ciri Psikopat yang Mungkin Tak Disadari

16 hours ago 1
Jakarta -

Tim ahli saraf di China menemukan, kondisi otak tertentu memang dirancang secara alami menunjukkan perilaku psikopatik, termasuk agresi dan pelanggaran aturan. Studi ini dilakukan dengan meneliti bagaimana struktur otak menghubungan psikopati dengan tindakan dunia nyata.

Peneliti menggunakan data pemindaian otak dari 82 orang yang diambil dari Leipzig Mind-Body Database, yaitu basis data neuroimaging dari orang dewasa di Leipzig, Jerman. Mereka mencatat ciri-ciri psikopatik setiap orang dengan Short Dark Triad Test, yaitu kuesioner yang terdiri dari 27 pertanyaan yang mengukur narsisme, kecenderungan manipulatif, dan ciri psikopatik seperti kurangnya empati.

Responden diminta menilai diri mereka sendiri dengan skala 1-5 dengan '1' sebagai 'sangat tidak setuju' dan 5 sebagai 'sangat setuju'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, perilaku peserta dievaluasi menggunakan Adult Self-Report, yang mengukur berbagai tindakan emosional dan perilaku, termasuk perilaku agresif, pelanggaran aturan, dan intrusif. Misalnya seperti mengajukan pertanyaan pribadi yang tidak pantas atau melanggar batas fisik. Semakin tinggi skor, maka semakin parah perilaku eksternal yang ditunjukkan.

Ilmuwan lalu menggunakan data MRI (Magnetic Resonance Imaging) masing-masing orang untuk memetakan bagaimana bagian-bagian otak secara fisik terhubung. Studi ini mengidentifikasi dua koneksi utama otak yang berkaitan dengan perilaku impulsif dan antisosial pada orang dengan ciri-ciri psikopatik berdasarkan hasil kuesioner mereka.

"Ciri psikopatik terutama dikaitkan dengan meningkatnya konektivitas struktural dalam wilayah frontal (lima koneksi) dan parietal (dua koneksi)," kata peneliti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (2/8/2025).

Dalam jaringan positif, di mana koneksi otak menguat seiring meningkatnya ciri psikopatik, koneksi yang lebih kuat terlihat di bagian otak yang mengatur pengambilan keputusan, emosi, dan perhatian. Ini termasuk jalur yang menghubungkan pengendalian emosi dan impuls, yang mungkin menjelaskan mengapa psikopat memiliki ketakutan yang tumpul dan empati yang rendah.

Wilayah otak yang terlibat dalam perilaku sosial juga termasuk dalam jaringan ini. Ini yang menyebabkan psikopat memahami emosi, tetapi tidak merasakan emosi itu sendiri. Selain itu, jalur ini berkaitan dengan tindakan impulsif.

Sementara dalam jaringan negatif, yakni ketika koneksi melemah seiring meningkatnya sifat psikopatik, ditemukan jalur lemah di area otak yang penting untuk pengendalian diri dan fokus. Ini dapat menjelaskan kecenderungan psikopat untuk sangat fokus pada tujuan mereka sendiri dan mengabaikan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain.

Selain itu, peneliti menemukan koneksi yang tidak biasa antara wilayah otak yang digunakan untuk bahasa dan pemahaman kata-kata. Mengingat psikopat dikenal sangat manipulatif, hal ini bisa menandakan adanya pola sambungan saraf yang dioptimalkan untuk komunikasi strategis dan mengontrol, bukan untuk komunikasi yang tulus.

Mereka juga menemukan koneksi yang kuat antara area otak yang bertanggung jawab atas perilaku mencari penghargaan (reward-seeking) dan area pengambilan keputusan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa psikopat sering mengejar kepuasan instan, meskipun hal itu membahayakan orang lain.

"Psikopat tidak peduli dengan perasaan orang lain. Jika Anda mendekati seorang psikopat dan menceritakan perasaan Anda tentang suatu situasi, mereka akan sangat jelas menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak peduli. Mereka benar-benar memiliki sejuta hal lain yang lebih ingin mereka lakukan daripada mendengarkan bagaimana perasaan Anda terhadap sesuatu," kata psikiater di London Dr Jaleel Mohammed.

Simak Video "Video: Istilah Child Grooming Ramai Dibahas, Apa Itu?"
[Gambas:Video 20detik]
(avk/up)


Read Entire Article