Kasus campak di Sumenep, Jawa Timur sudah dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) imbas dari 17 orang meninggal. Daerah tersebut juga mencatat ada 2.035 kasus suspek yang tersebar di 26 kecamatan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebut kasus kematian akibat campak di Sumenep mayoritas tidak memiliki riwayat imunisasi. Kebanyakan pasien meninggal karena campak adalah balita.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan imunisasi terkait campak di Sumenep tergolong yang rendah. Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa orang tua tidak memberikan vaksinasi pada anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak (alasan keluarga nggak mau vaksinasi anak). Ada yang dikaitkan soal agama, takut karena nanti ada efek samping," kata Prof Dante kepada wartawan di Kantor BRIN, Jakarta Pusat, Senin (25/8/2025).
"Sebenarnya ini sudah kami kaji, vaksinasi-vaksinasi yang kami berikan ke masyarakat itu sudah dikaji secara empiris dalam waktu lama, sehingga aman untuk diberikan ke anak," sambungnya.
Senada, Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan RI Aji Mulawarman menegaskan saat ini pihaknya bergerak cepat untuk menekan angka penularan campak, khususnya di Sumenep.
"Berkoordinasi dengan Dinkes Sumenep, Dinkes Jatim, OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait dan mitra setempat untuk penanganan bersama," kata Aji.
"Mengirimkan tim untuk melakukan PE (Penyelidikan Epidemiologi). Mendampingi Dinkes melakukan survei cepat untuk menentukan target sasaran ORI (Outbreak Response Immunization)," lanjutnya.
(dpy/kna)