Peneliti di China melakukan percobaan transplantasi paru-paru babi yang sudah direkayasa genetik, ke dalam tubuh pasien pria 39 tahun yang telah dinyatakan mati otak. Tim medis memastikan kondisi mati otak pasien melalui empat pemeriksaan berbeda dan memperoleh persetujuan tertulis dari keluarga pasien untuk melaksanakan percobaan.
"Bagi tim kami, pencapaian ini adalah awal yang bermakna. Xenotransplantasi (donor organ hewan) paru-paru memiliki tantangan biologis dan teknis yang unik dibandingkan dengan organ lain," kata salah satu penulis studi dari First Affiliated Guangzhou Medical University Hospital Dr Jiang Shi, dikutip dari Live Science, Selasa (26/8/2025).
Eksperimen ini menggunakan paru-paru babi yang telah direkayasa dengan teknologi penyuntingan gen CRISPR. Tiga gen pada babi dinonaktifkan agar protein yang dihasilkannya tidak memicu kekebalan manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, tiga gen manusia juga ditambahkan pada paru babi dengan harapan organ tersebut bisa lebih mudah diterima tubuh. Pada Mei 2024, tim peneliti mengangkat paru kiri babi dan menanamkannya ke tubuh pasien mati otak, sementara paru kanan dipertahankan.
Obat imunosupresif diberikan pada pasien sejak sehari sebelum operasi dan dilanjutkan tiap hari setelah operasi. Pasien sebenarnya tidak menunjukkan reaksi hiperakut, tapi dalam 24 jam tubuh pasien memberikan tanda-tanda penolakan.
Tanda penolakan yang muncul berupa pembengkakan di seluruh tubuh dan peradangan. Pada hari ketiga, sistem imun menghasilkan antibodi terhadap organ, sehingga paru babi rusak.
Percobaan berakhir pada hari ke-9 atas permintaan keluarga pasien. Dari laporan tersebut, tidak jelas berapa lama paru-paru babi bisa bertahan jika tetap dibiarkan, tapi organ tersebut sudah mengalami kerusakan.
Penelitian lanjutan di masa depan perlu dilakukan. Paru-paru menjadi tantangan besar karena organ ini terus terpapar udara dari luar tubuh, ia membawa banyak protein pertahanan imun. Hal yang justru membuat paru babi mudah dikenali sistem kekebalan tubuh sebagai sesuatu yang 'asing'.
Selain itu, jaringan paru-paru yang berfungsi menukar oksigen dan karbon dioksida sangat rapuh, sehingga setiap serangan imun terhadapnya bisa berdampak parah.
"Studi di masa depan dapat menyempurnakan pendekatan xenotransplantasi paru-paru dan semakin mendekatkan pada penerapan klinis. Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang hambatan imunologis, fisiologis, dan genetik yang harus diatasi, serta membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut di bidang ini," tandas peneliti.
(avk/kna)