Trump Mencla-Mencle, Kini Ancam ‘Bunuh’ Hamas

1 day ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden AS Donald Trump pada Kamis mengancam akan mengambil tindakan militer terhadap Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Gaza. Ini menyusul pernyataan sebelumnya di mana ia mendukung tindakan gerakan tersebut terhadap geng peliharaan Israel di Gaza. 

“Jika Hamas terus membunuh orang, kami tidak punya pilihan selain masuk dan membunuh mereka,” kata Trump dalam sebuah postingan di platform Truth Social miliknya. 

Pernyataan-pernyataan ini bertentangan dengan pernyataan Trump pada Selasa lalu, dalam pertemuan dengan mitranya dari Argentina, Javier Milei. Saat itu ia mengatakan bahwa eksekusi yang dilakukan Hamas terhadap kelompok bersenjata agen Israel di Jalur Gaza tidak mengganggunya. "Tidak apa-apa. (Yang ditindak Hamas) Dua geng yang sangat jahat."

Pernyataan Trump juga muncul beberapa hari setelah ia berbicara tentang perlunya Hamas melucuti senjatanya atau akan dipaksa melakukan hal tersebut, dan menyusul adanya laporan kekerasan di Gaza, termasuk apa yang digambarkan sebagai eksekusi dan bentrokan antara pejuang dan faksi lokal.

Trump menyampaikan pernyataan tersebut sehari setelah ia mengkritik Hamas atas laporan operasi internal di Jalur Gaza. Pernyataan tersebut memicu reaksi luas di media dan diplomat, di tengah pertanyaan mengenai dampaknya terhadap perjanjian gencatan senjata yang rapuh dan upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk menahan eskalasi di Gaza. 

Hingga saat ini, belum ada komentar resmi tambahan dari Gedung Putih yang merinci langkah-langkah praktis untuk menerapkan ancaman tersebut atau batasan potensi kehadiran AS di Jalur Gaza. Sementara itu, badan-badan internasional terus berupaya mewujudkan gencatan senjata dan dimulainya kembali bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Sejauh ini Israel terus melakukan pelanggaran gencatan senjata di Gaza. Pada Rabu, setidaknya tiga warga Gaza dibunuh pasukan penjajah. Pihak Israel berdalih, Hamaslah yang lamban mengembalikan jasad para sandera yang dijanjikan.

Kelompok Hamas mengatakan bahwa kembalinya sisa tawanan yang tewas “mungkin memerlukan waktu”, karena beberapa dari tubuh mereka terkubur di terowongan yang dihancurkan atau di bawah reruntuhan bangunan yang dihancurkan oleh tentara Israel. 

“Jenazah tahanan Israel yang dapat diakses oleh kelompok perlawanan segera diserahkan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan. Sejak perjanjian gencatan senjata diberlakukan pekan lalu, sembilan dari 28 tawanan yang tewas telah dikembalikan ke Israel. 

Namun kelompok Palestina mengatakan bahwa untuk mengeluarkan jenazah yang tersisa memerlukan peralatan dan perangkat untuk menghilangkan puing-puing, yang saat ini tidak tersedia karena larangan masuk Israel. “Oleh karena itu, penundaan pengembalian jenazah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah Netanyahu, yang menghalangi dan mencegah penyediaan kemampuan yang diperlukan,” kata kelompok tersebut, menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian tersebut dan “keinginannya untuk menerapkannya”.

Read Entire Article