Pertalite Tak Laku, Negara Diproyeksikan Hemat Rp 12,6 Triliun

2 weeks ago 29
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite untuk kendaraan roda dua pada salah satu SPBU di Jakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan pergeseran konsumsi dari BBM bersubsidi Pertalite ke BBM nonsubsidi, baik itu produk PT Pertamina (Persero) maupun badan usaha swasta, menimbulkan penghematan kompensasi hingga Rp 12,6 triliun.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaiman, mengatakan perubahan pola konsumsi ini terjadi pada Juli hingga Agustus 2025, menyebabkan permintaan Pertalite turun dan beralih kepada BBM dengan kandungan RON tinggi.

Penjualan harian Pertalite sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 81.106 kiloliter (KL), turun menjadi 76.970 KL pada Januari-Juli 2025 alias turun sekitar 5,10 persen. Sementara penjualan bensin nonsubsidi naik dari 19.061 KL pada 2024, menjadi 22.723 KL hingga Juli 2025.

"Kalau dikaitkan dengan besaran perubahan pola konsumsi, hal yang tidak biasa adalah penjualan bensin nonsubsidi naik dari 19.061 KL pada 2024 menjadi 22.723 KL, naik 19,21 persen," kata Laode saat RDP Komisi XII DPR, Rabu (1/10).

Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR dengan PT Pertamina (Persero) dengan badan usaha SPBU swasta, Rabu (1/10/2025). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan

Imbas dari pergeseran konsumsi tersebut, pemerintah diperkirakan berhasil menghemat anggaran kompensasi BBM sebesar Rp 12,6 triliun pada tahun 2025, dibandingkan realisasi kompensasi BBM pada 2024 sebesar Rp 48,9 triliun.

"Kompensasi Pertalite itu turun dari Rp 48,9 triliun, diproyeksikan bisa terjadi efisiensi sehingga hanya menjadi Rp 36,314 triliun. Artinya ada efisiensi sebesar Rp 12,6 triliun dengan adanya F ini," ungkap Laode.

Laode menjelaskan, pergeseran pola konsumsi ini mengubah pangsa pasar (market share) BBM. Awalnya pada 2025, market share bensin (gasoline) nonsubsidi hanya 11 persen, namun hingga pertengahan 2025 naik menjadi 15 persen.

Dengan demikian, dia memprediksi penjualan bensin subsidi alias Pertalite menurun 1,4 juta KL pada tahun ini, sementara penjualan bensin nonsubsidi Pertamina mencapai 7 juta KL, naik 0,86 juta KL alias 14,02 persen.

"Kemudian estimasi penjualan bensin nonsubsidi 2025 yang non-Pertamina sebesar 1,35 juta KL, atau meningkat 0,64 juta KL atau 91,3 persen," ungkap Laode.

Read Entire Article