Warga di Gaza dilanda kelaparan parah yang menyebabkan banyak anak mengalami malnutrisi. Banyak anak yang tubuhnya mulai melemah karena tidak bisa makan.
"Dia selalu lesu, berbaring seperti ini. Anda tidak akan melihat responsnya," kata Zeina Radwan, ibu dari bayi bernama Maria Suhaib Radwan yang berusia 10 bulan, dikutip dari Reuters.
Zeina mengatakan ia tidak dapat menemukan susu atau makanan yang cukup untuk bayinya. Bahkan, ia tidak bisa menyusui karena kekurangan gizi dan hanya bertahan hidup dengan satu kali makan dalam sehari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak-anak saya dan saya tidak dapat hidup tanpa nutrisi," sambungnya.
Reuters melaporkan kondisi di Kompleks Medis Nasser selama lima hari, satu dari hanya empat pusat yang tersisa di Gaza yang mampu merawat anak-anak yang sangat kelaparan. Selama berada di sana, 53 kasus anak-anak dengan gizi buruk akut dirawat, menurut kepala bangsal.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 154 orang, termasuk 89 anak-anak, meninggal dunia akibat malnutrisi, jumlah tertinggi terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Sebuah lembaga pemantau kelaparan global mengatakan pada hari Selasa bahwa skenario kelaparan sedang terjadi.
"Kami membutuhkan susu untuk bayi, membutuhkan pasokan medis, membutuhkan makanan, dan makanan khusus untuk departemen gizi," kata Dr Ahmed al-Farra, kepala departemen pediatrik dan maternitas di Kompleks Medis Nasser.
Para pejabat Israel mengatakan banyak dari mereka yang meninggal akibat malnutrisi di Gaza menderita penyakit bawaan. Para ahli mengatakan hal ini lazim terjadi pada tahap awal krisis kelaparan.
"Anak-anak dengan kondisi bawaan lebih rentan. Mereka terdampak lebih awal," kata Marko Kerac, profesor klinis di London School of Hygiene and Tropical Medicine, yang membantu menyusun pedoman pengobatan WHO untuk malnutrisi akut berat.
Dr Farra mengatakan rumah sakitnya kini menangani anak-anak malnutrisi tanpa masalah kesehatan sebelumnya. Seperti yang dialami bayi Wateen Abu Amounah, yang lahir sehat hampir tiga bulan lalu dan kini beratnya 100 gram lebih ringan daripada berat badannya saat lahir.
"Selama tiga bulan terakhir, berat badannya tidak naik satu gram pun. Sebaliknya, berat badan anak itu justru menurun," beber Dr Farra.
"Ada kehilangan total otot. Hanya kulit di atas tulang, yang merupakan indikasi bahwa anak tersebut telah memasuki fase malnutrisi berat. Bahkan wajah anak itu, ia telah kehilangan jaringan lemak di pipinya," sambungnya.
Ibu bayi itu, Yasmin Abu Sultan, menunjuk ke arah anggota tubuh bayi itu. Terlihat lengannya hanya selebar ibu jari ibunya.
"Kau lihat? Ini kakinya... Lihat lengannya," keluhnya.
Ibu dari Wateen mengatakan ia mencoba memasukkan putrinya ke rumah sakit bulan lalu, tetapi pusat kesehatan itu penuh. Setelah 10 hari tanpa susu dan hampir tidak ada makanan sehari untuk seluruh keluarga, dan kondisi anaknya semakin memburuk.
Banyak juga bayi yang kondisinya seperti Wateen mengalami demam dan diare berulang, penyakit yang lebih rentan dialami anak-anak yang kekurangan gizi dan membuat kondisi mereka semakin berbahaya.
"Jika dia terus seperti ini, aku akan kehilangan dia," lanjutnya.
Kini, Wateen masih dirawat di rumah sakit. Ibunya dianjurkan memberikannya susu formula sedikit demi sedikit dari botol.
"Efek samping dari kekurangan gizi parah, yang berlawanan dengan intuisi, adalah hilangnya nafsu makan," jelas dokter kepada Reuters.
Naasnya, salah satu bayi berusia lima bulan bernama Zainab Abu Haleeb tidak bisa bertahan di tengah kelaparan. Ia rentan terhadap infeksi karena malnutrisi yang parah dan meninggal akibat sepsis.
(sao/kna)