Kerusuhan Demonstrasi di Kabupaten Kediri: Museum Terbakar dan Hilangnya Arca Bersejarah

13 hours ago 7

Image Mayvandra Puspa Mahasiswa Universitas Airlang

Politik | 2025-09-08 17:26:49

Aksi Demonstrasi dan Kerusuhan

sumber: Instagram @kabupatenkediriku

Aksi demonstrasi yang digelar oleh ratusan warga pada 30 Agustus 2025 bermula sebagai bentuk protes atas insiden meninggalnya seorang pengemudi ojek online di Jakarta. Namun, situasi berubah menjadi anarkis ketika massa mulai melempari gedung pemerintahan dan membakar sejumlah fasilitas, termasuk kantor DPRD dan Museum Bagawanta Bhari. Berbagai usaha dilakukan Aparat keamanan untuk mengendalikan amukan massa, namun banyaknya massa membuat aksi perusakan dan penjarahan tak dapat dihindari.

Dampak Kerusakan pada Museum

Museum Bagawanta Bhari, yang merupakan pusat pelestarian artefak sejarah Kabupaten Kediri, mengalami kerusakan parah akibat kebakaran dan penjarahan. Kaca-kaca museum pecah, dan api melalap sebagian koleksi. Selain itu, beberapa arca bersejarah dilaporkan hilang, antara lain arca Sumbercangkring dan fragmen arca Kepala Ganesha. Kehilangan benda – benda tersebut menyebabkan kerugian yang besar bagi pelestarian sejarah dan kebudayaan lokal.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Kediri, Dr. Sri Wahyuni, “Kerusakan dan kehilangan artefak ini sangat memprihatinkan. Artefak tersebut merupakan bukti sejarah yang tidak tergantikan dan sangat penting untuk pendidikan serta identitas budaya masyarakat Kediri.”

Implikasi Sosial dan Budaya

Aksi demonstarsi ini memberikan dampak sosial yang besar, terutama dalam hal pelestarian budaya. Museum sebagai institusi yang menyimpan dan melindungi warisan budaya menjadi korban, sehingga mengancam keberlangsungan edukasi sejarah bagi generasi mendatang. Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur, Bapak Hadi Santoso, menyatakan, “Peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya menjaga keamanan aset budaya, terutama di tengah situasi sosial yang tidak stabil.”

Upaya Pemulihan dan Pengamanan

Pemerintah Kabupaten Kediri segera mengambil langkah-langkah pemulihan dengan melakukan inventarisasi kerusakan dan berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur untuk restorasi artefak yang masih dapat diselamatkan. Selain itu, pengamanan museum diperketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, mengimbau Masyarakat Kediri untuk menjaga ketertiban dan melindungi aset budaya. “Kita harus bersama-sama melindungi warisan budaya yang menjadi identitas kita. Tindakan anarkis hanya akan merugikan kita semua,” ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Kediri mengajak seluruh Masyarakat untuk segera melaporkan dan mengembalikan barang hasil jarahan, termasuk benda purbakala yang hilang. Selain itu, pemerintah Kabupaten Kediri juga menggelar aksi doa bersama dan kegiatan pembersihan di kantor pemerintahan Kabupaten Kediri.

Kembalinya Arca Kepala Ganesha

Usai tersebarnya himbauan untuk segera mengembalikan barang hasil jarahan, banyak Masyarakat yang berbondong – bonding mendatangi kantor kepolisian setempat maupun kantor desa yang menjadi titik pengembalian. Arca Kepala Ganesha sendiri baru ditemukan 4 hari setelah insiden kericuhan terjadi. Arca ini ditemukan oleh 2 pelajar SMKN 1 Ngasem tergeletak dipinggir jalan. Setelah memastikan bahwa yang mereka temukan merupakan Arca Kepala Ganesha yang hilang, lantas keduanya menyerahkan penemuannya itu ke kantor pemerintah Kabupaten Kediri. Beruntung, ketika ditemukan Arca tersebut dalam keadaan utuh. Saat ini Arca kepala Ganesha beserta beberapa Artefak lainnya telah dipindahkan ke rumah aman sebelum nantinya akan dipindah ke museum baru di lokasi yang lebih representatif.

Kesimpulan

Peristiwa demonstrasi di Kabupaten Kediri yang berujung pada pembakaran museum dan hilangnya beberapa arca bersejarah merupakan peringatan penting tentang kerentanan warisan budaya terhadap konflik sosial. Pelestarian budaya harus menjadi prioritas bersama, dengan dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan aparat keamanan. Kejadian ini juga menegaskan perlunya edukasi dan kesadaran kolektif untuk menjaga aset budaya demi keberlanjutan identitas dan sejarah bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article