Bahlil Sebut Lifting Minyak RI Turun Sejak 1998, Singgung Peran IMF

2 months ago 30
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat peresmian smelter milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Senin (23/9). Foto: Dok. YouTube Sekretariat PresidenMenteri ESDM Bahlil Lahadalia saat peresmian smelter milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Senin (23/9). Foto: Dok. YouTube Sekretariat Presiden

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, menyalahkan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menyebabkan lifting minyak Indonesia menurun sejak krisis moneter 1998.

Bahlil mengatakan, Indonesia mencapai puncak lifting minyak pada tahun 1996-1997. Indonesia memproduksi minyak kurang lebih sekitar 1,5 sampai 1,6 juta barel per hari, sementara konsumsi masyarakat kurang lebih 500 juta barel per hari.

Saat ini, dia menyebutkan Indonesia menjadi anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) karena pernah mengekspor hingga 1 juta barel. Namun, kondisi berubah ketika krisis moneter tahun 1998.

"Tahun 1998 krisis ekonomi terjadi. Berbagai paket kebijakan ekonomi dari lembaga-lembaga yang kita yakini waktu itu seperti dokter yang ahli, salah satu di antaranya IMF, memberikan rekomendasi-rekomendasi yang salah satu di antaranya adalah perubahan sistem undang-undang migas," ujar Bahlil saat Human Capital Summit 2025, Selasa (3/6).

Menurutnya, rekomendasi IMF tersebut malah membuat lifting minyak Indonesia terus menurun, hingga pada tahun 2024 hanya sebesar 580 ribu barel per hari, dengan konsumsi sekitar 1,6 juta barel per hari, sehingga perlu mengimpor 1 juta barel per hari BBM.

"Jadi kondisi tahun 1996-1997 kita ekspor 1 juta barel dan di 2024 kita impor 1 juta barel. Ini adalah hasil analisa dokter yang namanya IMF pada saat krisis tahun 1998," tegas Bahlil.

"Untuk urusan ini kita boleh percaya asing, karena mereka adalah negara hebat. Tapi dibalik kepercayaan yang kita kuat kita juga harus ikhtiar. Tidak semua obat yang diberikan itu untuk kebaikan kesembuhan daripada penyakit kita, dan ini sudah terjadi kita rasakan sekarang," imbuhnya.

Dengan demikian, Bahlil menilai Indonesia perlu introspeksi kembali upaya peningkatan lifting minyak, mulai dari reaktivasi idle well alias sumur yang menganggur. Dia mencatat terdapat sekitar 6.000-7.000 sumur idle yang perlu dikembangkan

Kemudian, dia juga mendorong penetrasi lifting dengan teknologi baru, hingga melelang lebih banyak wilayah kerja (WK). Kementerian ESDM akan melelang 60 WK Migas hingga 2 tahun mendatang.

"Ini harus menjadi introspeksi kesadaran kolektif. Maka apa yang harus kita lakukan ke depan bapak ibu semua? Untuk mengurangi impor kita, kita harus menaikkan lifting," tutur Bahlil.

Read Entire Article