6 Penyebab Telinga Anak Sakit dan Cara Mengatasinya

15 hours ago 2

Jakarta -

Nyeri telinga (otalgia) merupakan salah satu alasan umum anak-anak dibawa ke dokter. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti tumbuh gigi, sakit tenggorokan, infeksi telinga, atau sumbatan pada tuba Eustachius.

Penyebab dan Cara Mengatasi Telinga Anak Sakit

Dikutip dari Mott Children's Hospital University of Michigan Health, berikut penyebab telinga anak sakit yang perlu diwaspadai orang tua.

1. Otitis Media dengan Efusi (Cairan di Belakang Gendang Telinga)

Otitis media dengan efusi terjadi ketika saluran Eustachius, yang menghubungkan telinga tengah dengan bagian belakang hidung, tersumbat. Kondisi ini membuat cairan menumpuk di belakang gendang telinga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena tidak disertai infeksi, penggunaan antibiotik tidak bermanfaat. Penanganan difokuskan pada meredakan gejala, misalnya dengan acetaminophen atau ibuprofen untuk mengurangi nyeri, serta kompres hangat sesuai kebutuhan.

Otitis media dengan efusi umumnya membaik dengan sendirinya dalam waktu sekitar tiga bulan. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran ringan sementara. Beberapa cara yang dapat membantu, antara lain:

Berbicara langsung pada anak dengan suara sedikit lebih keras dari biasanya, lakukan kontak mata, dan gunakan gerakan tubuh.

Kurangi kebisingan di latar belakang saat berkomunikasi, misalnya dengan mengecilkan volume televisi atau radio.

Jika cairan bertahan lebih dari tiga bulan atau gangguan pendengaran semakin mengkhawatirkan, anak mungkin akan dirujuk ke dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) untuk evaluasi lebih lanjut. Dokter dapat mempertimbangkan pemasangan tabung telinga (tympanostomy tubes) untuk membantu mengalirkan cairan.

2. Infeksi Telinga

Infeksi telinga terjadi ketika saluran Eustachius tersumbat, cairan menumpuk di telinga tengah, lalu bakteri atau virus tumbuh di dalamnya sehingga menimbulkan nyeri (otitis media akut).

Kondisi ini sering muncul setelah atau selama infeksi saluran pernapasan atas akibat virus. Otitis media lebih umum terjadi di musim dingin dan sering dialami oleh anak yang bersekolah atau berada di tempat penitipan anak, karena lebih sering terpapar infeksi virus. Otitis media tidak disebabkan oleh air yang masuk ke telinga.

Penggunaan antibiotik hanya diberikan pada kasus tertentu. Karena infeksi telinga tidak selalu disebabkan oleh bakteri, antibiotik tidak selalu diperlukan.

Beberapa cara mencegah infeksi telinga meliputi:

  • Memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap, terutama vaksin pneumokokus dan influenza.
  • Menghindari paparan asap rokok.
  • Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan.
  • Menghindari posisi botol susu yang disangga sendiri pada bayi.

Jika anak mengalami otitis media berulang (tiga kali dalam enam bulan atau empat kali dalam setahun), dokter dapat merujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan pemasangan tabung telinga guna membantu mengalirkan cairan.

3. Swimmer's Ear

Swimmer's ear (otitis externa) adalah infeksi pada saluran telinga bagian luar. Kondisi ini terjadi ketika kulit di saluran telinga teriritasi atau tergores, lalu berkembang menjadi infeksi.

Pengobatan biasanya menggunakan obat tetes antibiotik topikal. Ibuprofen atau parasetamol dapat diberikan untuk meredakan nyeri.

Bagi anak yang sering mengalami swimmer's ear, langkah pencegahan meliputi:

  • Menggunakan sumbat telinga saat berenang.
  • Mengeringkan telinga setelah berenang dengan hair dryer pada pengaturan rendah, dari jarak minimal 30 cm.
  • Menggunakan obat tetes telinga yang mengandung asam asetat atau alkohol setelah berenang.

4. Disfungsi Tuba Eustachius

Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring (bagian belakang hidung dan atas tenggorokan). Fungsinya adalah menyeimbangkan tekanan di membran timpani (gendang telinga), melindungi telinga tengah dari infeksi, dan membantu mengeluarkan cairan dari telinga tengah.

Gejala disfungsi tuba Eustachius dapat meliputi nyeri telinga, rasa penuh di telinga, penurunan pendengaran, tinnitus, atau suara letupan/retakan di telinga.

Penanganan fokus pada penyebab dasarnya, misalnya:

  • Mengobati rinitis alergi, rinosinusitis, refluks laringofaring, atau gastroesophageal reflux disease (GERD).
  • Menghindari paparan asap rokok.

5. Gangguan Sendi Temporomandibular (TMJ)

Masalah pada sendi yang menghubungkan rahang dan tengkorak (sendi temporomandibular) dapat menyebabkan nyeri telinga rujukan. Gejala tambahan meliputi nyeri rahang atau wajah, sakit kepala, nyeri saat mengunyah, atau saat membuka mulut.

Gangguan TMJ lebih sering terjadi pada anak di atas usia 10 tahun.

Penanganan meliputi edukasi, menghindari pemicu, latihan rahang, penggunaan bidai gigi jika terdapat kebiasaan menggemeretakkan gigi, dan pemberian obat antiinflamasi.

6. Penyebab Lain Nyeri Telinga

Penyebab lain yang lebih jarang meliputi trauma pada telinga atau saluran telinga, adanya benda asing di saluran telinga, atau penumpukan kotoran telinga.

Penyakit lain yang dapat memicu nyeri telinga rujukan antara lain tumbuh gigi, peradangan pada kelenjar parotis (parotitis), sinusitis, infeksi faring, pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati/limfadenitis), serta cedera tulang leher bagian atas.


(suc/suc)

Read Entire Article