Sarkasme di Balik Candaan 'Hidup Cuma Sekali Malah Jadi WNI'

1 month ago 35
Jakarta -

Beredar di media sosial TikTok sebuah tren 'Hidup Cuma Sekali Malah Jadi WNI'. Bagi banyak orang, ini merupakan konten yang mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap sesuatu.

"Mengiyakan ditanya 77x, ga sadar lahirnya jadi WNI," tulis salah satu akun, dikutip detikcom Senin (1/9/2025).

"Hidup sekali, nyesel seumur hidup jadi WNI," tulis narasi di salah satu video.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di hidup yg cuma sekali ini, di Bumi yg sangat luas ini, Kenapa aku WNI?" tambah akun lain.

Tapi, apakah tren ini benar-benar bentuk kekecewaan atau hanya ekspresi lain dari masyarakat?

Psikolog klinis Maharani Octy Ningsih mengatakan di momen-momen 'panas' seperti ini, memang banyak orang ingin mengekspresikan kondisinya. Salah satunya bisa melalui tren 'Hidup Cuma Sekali Malah Jadi WNI'.

"Sebenernya candaan sarkas. Maksudnya kita pengen hidup tenang, nggak ribet, tapi sebagai warga negara ya pasti ikut ngerasain dampak aturan, kondisi sosial, sampe drama politik," kata Maharani saat dihubungi detikcom, Senin (1/9/2025).

"Jadi keinginan buat hidup santai sering bentrok sama realita hidup di negara yang serba kompleks," sambungnya.

Wajar Jika Mengalami Stres

Di momen-momen menegangkan seperti belakangan ini, banyak aksi demonstrasi di beberapa daerah, menurut Maharani sangat wajar bagi siapa saja mengalami stres.

"Banyaknya video demo yang beredar, memang gampang bikin panik, padahal kita nggak ada di lokasi langsung. Otak kita itu kadang sulit bedain mana bahaya nyata, mana cuma dari layar, jadi tubuh ikut tegang seolah kita juga di sana," kata Maharani.

"Oleh karena itu kita perlu banget batasi konsumsi tontonan kita, ketika kita tahu kalo nonton bikin tambah cemas, jangan dipaksa scroll semua video. Cukup ambil informasi seperlunya saja," sambungnya.

Pasalnya, jika informasi-informasi yang masuk ke otak tidak disaring, maka akan berdampak buruk bagi kondisi psikologi seseorang.

"Kita memang nggak bisa kontrol isi video atau situasi demo, tapi kita bisa atur respons diri, jaga kesehatan, ngobrol sama orang dekat, atau lakuin hal yang bikin tenang," tutupnya.

(dpy/kna)


Read Entire Article