Jakarta -
Saat ini, isu perubahan iklim tengah banyak diperbincangkan oleh masyarakat global. Perbincangan tersebut tidak terlepas dari munculnya berbagai dampak nyata yang dihadirkan dari perubahan iklim.
Society Renewable Energy (SRE) Zagy Berian mengatakan peran serta anak muda dibutuhkan untuk membantu mengatasi dampak dari perubahan iklim. Sayangnya, saat ini, sosialisasi terkait isu tersebut masih belum maksimal.
Untuk itu, Zagy mengatakan pihaknya mengajak sejumlah pihak berkolaborasi untuk bersama mengatasi masalah tersebut, tidak terkecuali melibatkan peran dari anak muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi yang disebut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah banyak program, itukan ada berarti ada informasi yang belum tersampaikan kepada teman-teman muda. Gimana caranya kita menyampaikan informasi tersebut salah satunya dengan kolaborasi. Contohnya program KLHk kita kolaborasikan dengan sekolah-sekolah contoh kita punya 50 student capture dari sabang sampai Merauke," kata Zagy dalam acara talkshow Festival LIKE 2 bertema 'Pemuda dan Tantangan Menciptakan Environmental Citizenship di Indonesia', di JCC, Kamis (8/8/2024).
"Kita berusaha mensosialisasikan apa yang dimiliki pemerintah terkait aksi-aksi mitigasi adaptasi perubahan iklim. Di situ kita mencoba memperlihatkan kepada generasi muda," sambungnya.
Dia menilai masyarakat memiliki peran penting atau bisa dikatakan sebagai garda depan mengatasi perubahan iklim. Oleh karena itu kolaborasi pun harus ditingkatkan dengan berbagai pihak.
"Masyarakat jadi garda terdepan untuk perubahan iklim. Bagaimana informasi tersebut bisa disilkularkan. Nah di sini peran SRE untuk bisa mengkolaborasikan berbagai pihak agar mendorong target pemerintah dan mendorong semangat anak muda," jelasnya.
Dia mengatakan upaya tersebut juga sejalan upaya pemerintah untuk merealisasikan nett zero emission (NZE) di 2060. Pasalnya, jika hal tersebut bisa direalisasikan maka dampaknya juga bisa dirasakan oleh generasi mendatang.
"Karena kalau kita tarik tujuan kita 2060 itu akan menikmati dan menghadapi tantangannya kita-kita ini anak muda," ungkapnya.
Sementara itu, Founder dari Desa Bumi Gamma Thohir mengatakan hal senada. Dia berpandangan anak muda memiliki peran yang penting dalam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
"Pesan saya ke anak-anak muda yang simple aja jangan takut untuk memulai proyek (untuk atasi isu lingkungan) jangan takut. Waktu masih banyak. Jadi pemuda itu sebagai penggagas. Jadi kalau sudah bekerja sudah berkeluarga fokusnya sudah terbelah. Mumpung masih ada kesempatan dan waktu mulailah sesuatu yang bisa diwariskan kepada pemuda-pemuda berikutnya supaya ada berkelanjutan," tutupnya.
Untuk diketahui, Festival LIKE 2 merupakan agenda yang merangkum akumulasi kerja-kerja dan langkah korektif bidang Lingkungan Hidup, Iklim, Kehutanan dan Energi (khususnya energi terbarukan). Adapun tema yang diambil dalam festival yang digelar pada 8-11 Agustus 2024 dI Jakarta Convention Center Hall A & B, Senayan, Jakarta ini yaitu '10 Tahun Kerja untuk Sustainabilitas'
Acara ini akan diisi oleh berbagai kegiatan diantaranya I LIKE CONCERT, I LIKE WALK (Fun Walk), Talk Show, Exhibition, Coaching Clinic, Sellers Meet Buyer, Demo Inovasi, Competition, dan KLHK Appreciation Night.
(anl/ega)