Merdeka Copper Cetak Pendapatan Rp 14 T di Semester I

3 weeks ago 8

Jakarta -

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mengumumkan hasil kinerja keuangan dan operasional terkonsolidasi untuk enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2025. Merdeka mencatat EBITDA sebesar US$ 176 juta, meningkat 18% dibanding tahun sebelumnya.

Hal ini didukung oleh penjualan emas dan bijih nikel tertinggi, meskipun pendapatan menurun akibat penyesuaian sementara dalam operasi nikel. Perseroan membukukan pendapatan sebesar US$ 855 juta atau sekitar Rp 14,27 triliun (kurs Rp 16.700) berkat kinerja emas dengan kenaikan penjualan sebesar 15% menjadi 59.535 ounces.

Meskipun, perolehan pendapatan sepanjang paruh pertama tahun 2025 sebenarnya lebih rendah dibanding tahun lalu yang sebesar US$ 1,09 miliar. Sementara itu produksi bijih nikel mengalami kenaikan sebesar 78% menjadi 6,9 juta ton yang menghasilkan peningkatan penjualan 32%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Capaian ini terjadi walaupun produksi Nickel Pig Iron (NPI) menurun akibat pemeliharaan smelter terjadwal dan pengurangan strategis produksi High Grade Nickel Matte (HGNM).

Meskipun laba bersih yang dilaporkan sebesar US$ 8 juta, hal ini terbebani oleh biaya keuangan yang lebih tinggi akibat kenaikan utang, kenaikan pajak, serta kontribusi yang lebih rendah dari HGNM dan NPI. Namun, secara keseluruhan kinerja operasional tetap kuat berkat kontribusi emas dan bijih nikel.

"Operasi emas kami menjadi pendorong utama kinerja Merdeka yang kuat, gabungan dari produksi yang sesuai target dan harga emas yang tinggi. Kinerja ini, yang ditambah pengelolaan biaya yang disiplin, memungkinkan pertumbuhan EBITDA meskipun operasi nikel mengalami penyesuaian sementara," ujar Albert Saputro, dalam keterangan tertulis, Jumat (26/9/2025).

Merdeka juga mencatat kemajuan signifikan pada proyek-proyek strategis. Proyek Emas Pani tetap sesuai jadwal dengan kemajuan mencapai 67% pada akhir Kuartal II 2025. Rekayasa detail dan pengadaan telah selesai, dengan kontraktor di lokasi mulai memasang infrastruktur pengolahan dan kelistrikan.

Fasilitas pelabuhan sudah beroperasi dan pembangunan tangki penyimpanan bahan bakar telah selesai. Proses komisioning untuk heap leach ditargetkan dimulai akhir 2025 dengan rencana produksi emas pertama pada Kuartal I 2026.

Proyek-proyek utama operasi nikel juga berjalan sesuai rencana, dengan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) mengoperasikan fasilitas Acid Iron Metal (AIM), yang terdiri dari pabrik pirit, asam, logam klorida, dan katoda tembaga.

Pendapatan MBMA Turun 32%

Masih dari satu grup yang sama, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatat pertumbuhan produksi dan penjualan bijih nikel pada semester I 2025. Ini dicapai meskipun produksi Nickel Pig Iron (NPI) menurun karena adanya pemeliharaan smelter yang terjadwal, serta pengurangan produksi HGNM selama periode ini.

"Di semester pertama 2025, MBMA mencatat pertumbuhan kuat pada produksi dan penjualan bijih nikel, menegaskan skala dan daya operasi pertambangan kami. Meski volume pemrosesan sempat terdampak pemeliharaan terjadwal, hal ini akan membantu menurunkan biaya dan memperkuat daya saing jangka panjang kami," ujarPresiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo.

Sepanjang semester pertama, Perseroan membukukan pendapatan sebesar US$ 628 juta atau Rp 10,48 triliun, turun 32% dibandingkan tahun lalu, mencerminkan dampak sementara dari pemeliharaan smelter. EBITDA turun 8% menjadi US$ 77 juta, menunjukkan ketahanan margin meskipun kontribusi dari operasi pemrosesan menurun.

Pada kuartal kedua saja, EBITDA tumbuh 33% Year-on-Year (YoY) setelah disesuaikan dengan dampak dari HGNM. Pada semester pertama 2025, tambang nikel SCM memproduksi 6,9 juta wet metric tonnes (wmt) bijih nikel, peningkatan masif sebesar 78% dibanding tahun lalu.

Rinciannya terdiri dari kenaikan 45% produksi limonit dan 189% produksi saprolit, meskipun curah hujan tinggi pada periode tersebut. Pertumbuhan ini merupakan hasil investasi MBMA dalam peningkatan kapasitas penambangan dan infrastruktur selama 12-18 bulan terakhir yang menciptakan operasi kuat dan berkelanjutan.

Selama periode ini, smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) menghasilkan 33.045 ton NPI, turun 23% dibanding tahun lalu karena pemeliharaan terjadwal. Pemeliharaan ini akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi operasional, serta menjadi landasan pengurangan biaya di masa depan.

Pada kuartal kedua 2025, biaya tunai NPI turun menjadi US$ 9.719 per ton, menandai pertama kalinya biaya tunai tersebut turun di bawah $ 10.000/t. Untuk HGNM, MBMA secara strategis mengurangi produksi dan penjualan guna mengelola volatilitas margin, memprioritaskan operasi NPI yang lebih menguntungkan hingga kondisi pasar membaik.

MBMA juga terus berinvestasi pada proyek strategis, termasuk pembangunan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) yang terintegrasi bersama mitra industri bahan baku baterai global.

PT ESG New Energy Material (PT ESG), pabrik HPAL dengan kapasitas 30.000 ton nikel per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), menjual 9.465 ton nikel dalam MHP sepanjang semester pertama 2025 melalui operasi Train A, sementara Train B mulai berproduksi pada akhir kuartal kedua 2025.

Konstruksi pabrik HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dengan kapasitas 90.000 ton nikel per tahun dalam MHP telah mencapai 29% dengan target komisioning Train pertama pada pertengahan 2026.

Lihat juga Video: Komitmen Nyata untuk Keberlanjutan Merdeka Copper Gold

(acd/acd)

Read Entire Article