Beberapa waktu lalu, masyarakat dikejutkan dengan kejadian balita di Sukabumi meninggal dunia usai mengidap cacingan. Terbaru seorang anak berusia 1 tahun 8 bulan di Kabupaten Seluma, Bengkulu mengalami cacingan hingga keluar dari mulut dan hidung.
Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) berpendapat kejadian cacingan yang berulang merupakan salah satu tanda lemahnya pelayanan kesehatan primer di Indonesia. Menurutnya, peningkatan layanan kesehatan seharusnya tidak hanya 'terjebak' di hilirisasi saja.
"Jadi kita sebetulnya memang jangan terjebak ke hilirisasi kesehatan ya. Jadi memperbaiki rumah sakit, memperbaiki rumah sakit, dibuat gedungnya megah-megah gitu ya. Tapi di hulunya ini justru yang paling penting ya, supaya dihulu ini seperti penguatan posyandu misalkan, penguatan kader kesehatan, penguatan puskesmas," kata dr Piprim ketika ditemui awak media di Jakarta Timur, Sabtu (20/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Piprim, penguatan puskesmas, posyandu, dan kader sebenarnya menjadi fondasi yang paling vital dari kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
Ia lantas mencontohkan pentingnya pendataan balita di suatu daerah. Apabila pencatatan kelengkapan imunisasi dan konsumsi obat cacing terdata dengan baik, maka kondisi yang menimpa bocah di Sukabumi dan Bengkulu bisa dicegah.
"Udah dapet obat cacing belum 6 bulan sekali? Udah dapet vitamin A belum? Kalau program-program ini terdata dengan baik, dan balita itu tidak ada yang tertinggal, ini kasus kecacingan sampai 1 kilo, itu nggak terjadi gitu, karena terdeteksi dengan awal. Nah, inilah pentingnya penguatan kesehatan primer," sambungnya.
Agar hal ini terjadi, perlu dilakukan kolaborasi yang lebih baik di masyarakat. Menurut dr Piprim, kondisi seperti ini memang tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah dan harus mengaktifkan kader posyandu, ibu-ibu PKK, hingga perangkat desa.
"Sehingga ayo kita guyub sama-sama, kita kuatkan kembali nih fondasi masyarakat, keguyuban masyarakat Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia itu, ayo kita buktikan," tambah dr Piprim.
Sebagai langkah konkret, pencegahan kasus cacingan bisa dilakukan dengan memperbaiki rumah warga yang memang berisiko. Selain itu, perlu juga dipastikan obat cacing diberikan pada anak 6 bulan sekali.
"Jangan lagi kemudian timbul anak-anak, nanti sekarang 1 kg cacing, beberapa waktu kemudian 2 kg cacingnya. Jangan sampai seperti itu ya. Sudahlah cukuplah, korban-korban itu jangan muncul lagi," tandasnya.
(avk/kna)