Gen Z Institut, sebuah organisasi yang fokus pada keterlibatan generasi muda dalam politik, secara resmi menantang para calon Bupati dan Wakil Bupati Bantul untuk berpartisipasi dalam debat terbuka bertajuk "Gas-Gasan Gagasan". Acara ini diinisiasi sebagai ruang bagi para kandidat untuk memaparkan solusi atas berbagai tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat Bantul.
Abdullah Ariansyah, pendiri Gen Z Institut, menekankan bahwa tujuan dari debat ini adalah untuk melihat keseriusan dan kompetensi para calon dalam menangani masalah-masalah yang paling mendesak di Bantul.
“Kami ingin memastikan bahwa para calon pemimpin Bantul tidak hanya memiliki janji, tetapi juga gagasan dan solusi nyata untuk memajukan daerah ini,” ujar Abdullah saat jumpa pers di Hotel Ross In, Bantul, pada Rabu (2/10).
Acara debat ini dirancang agar tidak hanya berfokus pada retorika, melainkan pada penyampaian gagasan yang konkret. Abdullah menambahkan, debat ini menjadi momentum penting bagi generasi muda untuk terlibat aktif dalam proses demokrasi.
"Generasi Z tidak lagi sekadar menjadi penonton. Kami ingin terlibat langsung dalam menilai siapa yang paling siap membawa perubahan untuk Bantul," tegasnya.
Salah satu masalah utama yang akan dibahas dalam debat adalah kemiskinan ekstrem. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, saat ini ada sekitar 27.510 jiwa di Bantul yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, menjadikannya salah satu tantangan sosial terbesar di wilayah tersebut. Selain itu, isu lain yang akan menjadi fokus adalah pengelolaan sampah, infrastruktur yang belum memadai, tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda, dan keterbatasan akses pendidikan, terutama di daerah pedesaan.
Selain Gen Z Institut, acara ini juga mendapat dukungan dari berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa, termasuk Aliansi Mahasiswa untuk Bantul (AMUBA). Ahmad Tomi Wijaya, Koordinator AMUBA, menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam proses politik.
“Mahasiswa dan pemuda adalah agen perubahan. Dengan pemahaman yang kuat tentang politik dan keterlibatan langsung, kami bisa menjadi kontrol sosial yang efektif terhadap jalannya pemerintahan,” ujar Ahmad. Ia berharap melalui debat ini, masyarakat, khususnya generasi muda, bisa lebih melek politik dan lebih kritis dalam memilih pemimpin.
Selain itu, debat ini juga didukung oleh sejumlah organisasi mahasiswa dan pelajar lainnya, termasuk BEM ITY (Institut Teknologi Yogyakarta), BEM IIQ An-Nur, BEM Akbidyo, ALMATTA, DPM Unjaya (Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta), BEM UPY (Universitas PGRI Yogyakarta), IPNU Bantul, serta para pelajar dari berbagai sekolah di Bantul.
Acara ini rencananya akan berlangsung di berbagai lokasi, termasuk di markas pemenangan para calon, untuk memastikan semua pihak mendapatkan kesempatan yang adil. Abdullah menjelaskan bahwa Gen Z Institute siap untuk mendatangi para calon di mana pun mereka berada guna memastikan gagasan mereka bisa tersampaikan secara maksimal.
Dengan format debat terbuka ini, Gen Z Institute berharap dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengevaluasi kualitas para calon pemimpin Bantul. “Ini bukan soal siapa yang paling pintar bicara, tetapi siapa yang benar-benar siap bekerja untuk membawa Bantul ke arah yang lebih baik,” tutup Abdullah.