
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui keputusannya mencabut secara terbatas blokade bantuan kemanusiaan di Gaza disebabkan tekanan sekutu. Ia lalu berjanji akan merebut seluruh Gaza.
Pengakuan Netanyahu disampaikan lewat unggahan media sosial, Senin (19/5). Dia menyebut sekutu Israel prihatin atas kelaparan di Gaza.
“Mereka memberi tahu bahwa dengan itu mereka tidak bisa lagi mendukung,” ucap Netanyahu seperti dikutip dari Al-Jazeera.

“Kita tidak boleh membiarkan penduduk (Gaza) terjerumus ke dalam kelaparan, baik karena alasan praktis maupun diplomatik,” ujar dia.
Dia lalu menekankan bantuan yang akan masuk jumlahnya seminimal mungkin. Netanyahu tidak membeberkan kapan bantuan dalam jumlah besar bisa masuk.
Pernyataan Netanyahu ini disampaikan setelah Israel meluncurkan serangan besar ke Gaza. Sepanjang Senin ini serangan Israel menewaskan 22 orang di Gaza.
“Pertempuran berlangsung sengit dan kami terus membuat kemajuan. Kami akan menguasai seluruh wilayah Jalur Gaza," kata Netanyahu.
"Kami tidak akan menyerah. Namun, untuk mencapai keberhasilan, kami harus bertindak dengan cara yang tidak dapat dihentikan,” sambung dia.
Adapun setelah gencatan senjata Hamas-Israel berakhir pada awal 2025 krisis di Gaza makin parah. Laporan PBB dan LSM kemanusiaan menyatakan Gaza berada pada level kritis kelaparan.
Sebanyak 22 persen warga di sana terdampak bencana kemanusiaan imbas blokade bantuan kemanusiaan.
Situasi kelaparan di Gaza bahkan menjadi perhatian sekutu dekat Israel, Amerika Serikat (AS). Presiden Donald Trump mengakui banyak warga Gaza menderita kelaparan dan negaranya siap membantu menanggulangi kelaparan.

Sedangkan Paus Leo XIV meminta umat beragama tidak melupakan saudara-saudaranya yang menderita akibat perang di Gaza.
“Di Gaza, anak-anak, keluarga, dan orang tua yang selamat mengalami kelaparan,” kata Paus Leo XIV.