Industri properti di Bali terus menggeliat seiring perkembangan pariwisatanya. Namun pembangunan properti sering kali mengabaikan kelestarian alam dan budaya Bali.
Tidak heran jika belakangan banyak yang mengeluhkan pembangunan properti Bali yang tidak terkendali sehingga berdampak negatif pada keaslian Bali.
Salah satu kawasan yang belum banyak tersentuh masifnya pengembangan properti di Bali adalah Jimbaran. Berbeda dengan padatnya kawasan Canggu, Kuta, dan Seminyak, Jimbaran menjadi salah satu kawasan yang relatif masih mempertahankan keasliannya dan tetap menawarkan suasana Bali yang tenang dan asri.
Salah satu pengembang properti yang mencoba mempertahankan suasana dan budaya Bali tersebut adalah PT Jimbaran Hijau melalui Natadesa Resort Residence.
Natadesa adalah kawasan hunian dengan konsep resort yang menggabungkan alam dan budaya Bali. PT Jimbaran Hijau menunjukkan membangun properti tidak harus merusak lingkungan atau mengorbankan budaya lokal.
Dengan mengusung filosofi Tri Hita Karana, yang mengajarkan tentang hubungan harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam, Natadesa menciptakan hunian yang tidak hanya nyaman, tetapi juga selaras dengan alam dan budaya Bali.
Salah satunya di setiap hunian Natadesa, terdapat angkul-angkul, yaitu gerbang khas Bali yang bukan hanya berfungsi sebagai pintu masuk, tetapi juga memiliki makna spiritual sebagai penghubung antara dunia luar dan ruang suci di dalam rumah.
Desain arsitektur Natadesa mengambil inspirasi dari desa-desa tradisional Bali Aga, namun dikemas dengan sentuhan modern yang membuatnya relevan dengan kehidupan masa kini. Natadesa menciptakan lorong waktu, mengajak kita merasakan Bali masa lalu dalam suasana yang tetap modern dan fungsional.
Berkat komitmentnya tersebut Natadesa baru-baru ini menerima International Asia Pacific Property Awards 2024-2025 dalam beberapa kategori, termasuk Best Region–Indonesia Architecture Multiple Residence dan Residential Development 20+ Units.
Penghargaan ini membuktikan Natadesa diakui dunia sebagai proyek properti yang unggul, baik dari segi desain maupun keberlanjutan.
Setiap aspek Natadesa dirancang dengan cermat, mulai dari penggunaan teknologi hemat energi hingga pemilihan material ramah lingkungan seperti plafon lampit dan kayu ulin.
Di tengah krisis air dan kepadatan lahan yang semakin sedikit di Bali, Natadesa menawarkan solusi inovatif melalui sistem pengelolaan air yang efisien dan desain yang minim dampak lingkungan. Ini membuat Natadesa lebih dari sekadar tempat tinggal, tetapi juga kontribusi nyata untuk menjaga Bali tetap hijau dan lestari.
“Prinsip di balik pengembangan kawasan ini lahir dari harapan untuk merawat kebudayaan bali dan kelestarian alamnya. Penataan Natadesa dilakukan berdasarkan nilai-nilai tradisional Bali, dan dibangun dengan material yang aman bagi keberlanjutan lingkungan,” kata ” kata CEO PT Jimbaran Hijau, Agung Prianta, Minggu (25/8/2024).
Mengambil contoh dari konsep hunian terbuka Natadesa, daya tariknya lebih dari sekadar tampak visualnya. Dengan fitur paviliun dan area air, Natadesa tidak hanya memanjakan mata dengan keindahan, tetapi juga menumbuhkan hubungan yang menyatu dengan alam.
Ketika menyusuri zona hijau di kawasan ruang terbuka, kita meras...