Rumah Bung Hatta selama di pengasingan Banda Neira adalah milik Iwa Koesoemasoemantri yang disewa dengan tarif F 12,50 setara Rp 70.000 per bulan. Rumah di Desa Dwiwarna ini berdiri di lahan seluas 660 m²dengan luas bangunan 441 m². (dok. Syanti/detikTravel)
Rumah ini punya selasar belakang seluas 42,25 m² yang digunakan Bung Hatta untuk sekolah sore mengajar warga sekitar Banda Neira. Rumah ini juga punya selasar depan seluas 29,25 m² lengkap dengan pintu depan dan belakang. (dok. Syanti/detikTravel)
Masuk rumah Bung Hatta di Banda Neira, kita langsung disuguhi tampilan ruang tamu untuk menerima kunjungan handai taulan atau sekadar duduk santai. Ruang seluas 36 m² ini menyimpan seperangkat meja kursi tamu, foto Bung Hatta, dan meja tulis di pojok ruangan. (dok. Syanti/detikTravel)
Lemari kayu ini seolah menjadi pembatas antara ruang tamu dan bagian dalam rumah yang lebih private. Di dalam lemari ini ada sejumlah memorabilia Bung Hatta antara lain kacamata, peci, jas, keris kecil, dan benda-benda lainnya. (dok. Syanti/detikTravel)
Di bagian dalam ada ruang kerja Bung Hatta dengan mesin ketik tua, sepasang meja kursi, lemari, dan foto sang proklamator. Bung Hatta sempat menulis untuk koran Sin Tit Po dengan honor F 75, koran Pemandangan yang dibayar F 50 per satu atau dua tulisan, dan Nationale Commantaren selama di pengasingan. (dok Syanti/detikTravel)
Bagian dalam rumah juga menyimpan ruang tidur yang digunakan Bung Hatta untuk menutup sekaligus mengawali hari-harinya di Banda Neira. Sebuah dipan tua, rak kayu, dan meja kursi menjadi saksi kesehariang Bung Hatta yang dikenal disiplin, teratur, sistematis, tegas, sekaligus hangat ini. (dok. Syanti/detikTravel)
Tujuh pasang meja kursi lengkap dengan papan tulis kecil dengan tulisan Bung Hatta adalah bukti komitmen Wakil Presiden RI 1 untuk terus mencerdaskan penduduk, meski dalam pengasingan. Bung Hatta menyelenggarakan sekolah sore yang diadakan di selasar belakang rumahnya setiap hari untuk anak-anak sekitar Banda Neira. (dok Syanti/detikTravel)