Suka cita tampak terpancar dari wajah Siti Khopsah (59), warga Candirejo, Kalurahan Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman, Jumat (2/5). Sekitar 18 hari lagi, dia akan terbang untuk menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
Berhaji adalah cita-cita Siti sejak lama. Berprofesi sebagai tukang pijat, Siti harus rutin menabung untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima.
"Saya dari remaja sudah mijat (jadi tukang pijat)," kata Siti membuka obrolan.
Keahlian memijat Siti dapatkan secara turun temurun dari neneknya. Ilmu itu ternyata mengantar rezeki. Termasuk rezeki berhaji.
"Simbah saya itu tukang pijat, ibu tukang pijat, saya, adik saya, anak saya, pijat khusus wanita dan anak-anak," katanya.
Pelanggannya ibu-ibu dan anak-anak. Dari yang pijat capek hingga terkilir. Tarifnya Rp 100 ribu. Mayoritas pelanggannya datang ke rumah untuk menikmati jasa Siti.
Pelanggannya pun jauh-jauh. Banyak dari luar kota seperti Klaten, Kulon Progo, hingga Bantul.
"Ada yang datang, ada yang saya datangi ke rumahnya, kebanyakan datang ke rumah saja. Nolongin orang-orang yang jatuh dari motor, dari tangga, itu insyaallah bisa sembuh," bebernya.
Niat untuk berhaji sudah ada sejak lama. Namun, baru pada tahun 2013 Siti mulai menabung untuk haji. Setiap hari, uang hasil memijat dia sisihkan. Sebagian untuk kebutuhan rumah tangga sebagian lagi untuk haji.
Setelah enam tahun, uang untuk berhaji akhirnya terkumpul. Pada 2019, Siti mendaftar haji.
"Daftar tahun 2019. Saya tabung sedikit-sedikit, sudah bisa ambil kursi, saya ambil Rp 25 juta terus kumpul lagi tabung lagi ya alhamdulillah karena tukang pijat enggak menentu kan, jadi ya sedikit demi sedikit, alhamdulillah bisa terlaksana, ya enggak beda sama tukang becak (mengumpulkan tabungan untuk haji)," katanya.
Total Siti menunggu 12 tahun lamanya dari menabung, mendaftar, hingga tahun ini bisa berangkat.
"Enam tahun (menunggu) kalau tidak ada COVID-19, 3 tahun (nunggunya)," terangnya.
Kepada para pelanggannya, Siti juga sudah berpamitan. "Sudah minta doa sama pelanggan juga, izin juga sudah," bebernya.
Siti berharap kisahnya ini bisa jadi inspirasi banyak orang. Bahwa, ketika ada niat pasti ada jalan.
"Nabung sedikit demi sedikit pasti lama-lama bisa. Tukang becak, pemulung saja bisa (berhaji). Kalau tujuan untuk beribadah pasti dimudahkan. Yang penting konsisten, makan apa adanya yang penting bisa tercapai cita-cita," katanya.